A.
Manusia
Manusia,
pengertian manusia sangatlah luas. Kata manusia berasal dari Bahasa sansekerta
yaitu manu, atau mens/homo dari
Bahasa latin yang berarti berpikir, berakal budi.
Berdasarkan segi pendefinisian manusia dapat
diartikan berbeda-beda, tapi yang seperti kita ketahui manusia adalah makhluk
sosial, yaitu saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan
yang lainnya.
Berdasarkan para tokoh manusia dapat diartikan sebagai berikut:
·
Sokrates,
manusia adalah makhluk hidup berkaki dua, yang tidak berbulu dengan kuku datar
dan lebar.
·
Nicolaus D. dan A.
Sudiarja, manusia adalah bhineka tetapi tunggal. Bhineka adalah
karena jasmani dan rohani, sedangkan tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang.
·
Paula J. C. dan
Janet W. K. , manusia adalah makhluk terbuka, bebas memilih makna
dalam suatu situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara
kontinu, serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan
berbagai kemungkinan.
B.
Hakikat
Manusia
Hakikat manusia,
adalah peran atau fungsi yang harus dilakukan oleh setiapmanusia. Manusia juga
disebut sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna. Hakikat manusia yaitu:
·
Individu yang memiliki sifat rasional
yang bertanggung jawab atas perbuatan yang intelektual.
·
Individu yang mengarahkan diri kea rah
yang positif, dapat mengontrol diri, dan menentukan nasibnya sendiri.
·
Individu yang dalam hidupnya
mengusahakan dirinya untuk mewujudkan diri sendiri, membantu orang lain, dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
C.
Kepribadian
Bangsa Timur
Manusia mendiami wilayah yang berbeda dan berada di
lingkungan yang berbeda pula. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat,
kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang
lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu :
Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Kita
di Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang
berkepribadian baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan
bersahabat. Orang–orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa
Timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain.
Meskipun begitu, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan
Timur Tengah.
Dalam
ilmu psikologi yang notabanenya berasal dari Barat, banyak mengembangkan
konsep-konsep dan teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode dan alat
untuk menganalisis dan mengukur secara detail tentang variasi jiwa individu.
Tetapi, tidak terlepas dari itu semua, konsep-konsep tersebut masih kurang
mengembangkan suatu konsep yang berkaitan dengan jiwa individu dan lingkungan
sosial budaya.
Oleh
karena itu, Francis L.K Hsu seorang sarjana Amerika keturunan Cina,
mengembangkan suatu konsepsi tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial
budaya, yang ia sebut sebagai Bagan Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah
seperti lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
D. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari
kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic.
Definisi Kebudyaan itu
sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat
kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah
satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
E. Unsur
– Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat
ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi sistem
norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan
organisasi kekuatan.
Kluckhohn di dalam
karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada
tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a.
Sistem Religi
Kepercayaan manusia
terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat
yang lebih dan Maha Kuasa.
b.
Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Sistem yang muncul
karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling
sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar
individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
c.
Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir
karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu
disampaikan agar yang lain juga mengerti.
d.
Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi
Terlahir karena
manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin
lebih.
e.
Sistem Teknologi dan Peralatan
Sistem yang timbul
karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang
lain.
f.
Bahasa
Sesuatu yang berawal
dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah
komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa
universal seperti bahasa Inggris.
g.
Kesenian
Setelah memenuhi
kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan
psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
F. Wujud
dan Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
§ Kompleks gagasan,
konsep, dan pikiran manusia
Kebudayaan yang muncul
dan hidup karena adanya gagasan – gagasan baru, konsep yang matang serta buah
dari pikiran yang kreatif. Wujudnya dapat ditemukan dalam sebuah buku – buku,
arsip dan sebagainya.
§ Kompleks aktivitas
Aktivitas adalah wujud
kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
§ Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia
sehari – hari umumnya dilakukan dengan menggunakan benda sebagai sarana dan
prasarana. Dari situ lahir kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret, bisa
bergerak maupun tidak.
G. Orientasi Nilai Budaya
G. Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam
Pelly (1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup
luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem
nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka
percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman
yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah
sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai
tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan
sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa
sistem nilai budaya suatu
masyarakat merupakan wujud konsepsional
dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para
individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam
setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn
dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat
hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia
dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan
mengkonsepsikan masalah universal
ini dengan berbagai variasi yang berbeda
– beda. Seperti masalah pertama, yaitu
mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh
agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena
itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna
mendapatkan nirwana, dan
mengenyampingkan segala tindakan
yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini
sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan
itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa
hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh
pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya
dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha
untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada
kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan
status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap
waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat
masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh
melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat
mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan
fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan
mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga
kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini
akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia.
Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir,
cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang
menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk
mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam
masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan
hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada
senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam
masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat
mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan
oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan.
Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior)
untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang
mementingkan kemandirian individual, maka keputusan
dibuat dan diarahkan kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih
tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam
kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara kedua
pola yang ekstrim itu yang dapat
disebut sebagai pola transisional.
H.
Perubahan
Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan
yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi
kehidupan.
Contoh:
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya
beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi
dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan
buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa
unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan
perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan
kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat
perubahan kebudayaan yaitu:
a. Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi
mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan
material).
Adanya individu-individu yang mudah menerima
unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang
mudah berubah.
b. Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi
sukar berubah
seperti :adat istiadat dan keyakinan agama (
kebudayaan non material)
Adanya individu-individu yang sukar menerima
unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan kebudayaan :
1. Faktor intern
• Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya
cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai
sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan
mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
• Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara
kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya
pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan
bersama-sama para transmigran.
• Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat
mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi
masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka
harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga
terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
• Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan
muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan
iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan
hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan
setempat.
2. Faktor ekstern
• Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur
denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai
persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga
memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
• Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau
budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia
demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama
Kristen dan kolonialisme.
• Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya
menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut
ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
Kebudayaan berubah dengan cara :
1.
Defusi :
adalah penyebaran unsur kebudayaan dari suatu masyarakat ke
masyarakat lain antar individu antar keluarga ataupun golongan.
2. Akulturasi:
adalah diterimanya kebudayaan lain/luar kemudian diolah menjadi kebudayaan
sendiri . Mis : politik dakwah, pendidikan. Musik padang pasir menjadi musik
gambus.
3. Asimilasi :
Terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak sama kebudayaannya tapi dapat hidup
secara berdampingan dengan damai saling mendekat lambat laun menjadi sama
bahkan menjadi model kebudayaan yang baru. Kebudayaan ini dibentuk dari unsur
yang berbeda-beda oleh mobilitas penduduk
1. Kelebihan
Ø Keanekaragaman budaya lokal yang ada di
Indonesia
Ø Kekhasan budaya Indonesia
Ø Kebudayaan Lokal menjadi sumber
ketahanan budaya bangsa
Ø Indonesia dipandang dunia Internasional
karena kekuatan budayanya.
Ø Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa
persatuan
Ø Kemajuan pariwisata
Ø Multikuturalisme
Ø Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki potensi sukar berubah seperti :adat istiadat dan keyakinan agama (
kebudayaan non material)
Ø Adanya individu-individu yang sukar
menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi tua yang kolot.
2. Kekurangan
þ Kurangnya kesadaran masyarakat
þ Minimnya komunikasi budaya
þ Kurangnya pembelajaran budaya
þ Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi (
kebudayaan material).
þ Adanya individu-individu yang mudah
menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
þ Adanya faktor adaptasi dengan
lingkungan alam yang mudah berubah.
I. Kaitan
Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan sangatlah berkaitan dan tak bias dipisahkan.
Sejak dulu segala jenis kegiatan
sehari-hari pun menjadi budaya suatu manusia dan diturunkan secara turun
temurun.
Manusia jugalah makhluk yang memiliki akal, dengan akal itulah manusia dapat
menciptakan suatu kebudayaan. Manusia menciptakan suatu kebudayaan, tetapi
manusia juga diciptakan dari kebudayaan tersebut, itulah suatu dialektika
antara manusia dan kebudayaan.
Peran manusia juga sangatlah penting sebagai pelaksana dan pemelihara budaya,
tetapi manusia sendiri tidak dapat hidup lepas dari suatu kebudayaan, inilah
hubungan yang mendalam antara manusia dan kebudayaan.
Apabila manusia melupakan bahwa dirinya adalah bagian dari suatu budaya atau
masyarakat, maka dirinya secara otomatis akan tealinasi atau terasing (dalam
terjemahan M.Sastrapratedja 1991)
Sumber:
http://budayabasic.blogspot.co.id/2013/03/perubahan-kebudayaan.html
Komentar
Posting Komentar